Sama'aro melalui pesan elektronik yang dikirimkan ke email redaksi mengatakan bahwa berdasarkan keterangan yang didapatkan dari Koordinator BPP dan Penyuluh Pertanian bahwa informasi ketidakhadiran dilapangan adalah tidak benar.
Pihak BPP dan PPL berkilah bahwa selain pertemuan masing-masing kelompok tani yang terjadwal sekali dalam dua minggu sebanyak 38 kelompok yang hanya ditangani 3 penyuluh juga mempunyai tugas lain seperti kunjungan atas masalah yang dihadapi para petani dan membahas masalah kelangkaan pupuk, permintaan data-data kelompok untuk penyusunan RDKK dan menginput ERDKK serta hal lainnya.
Namun demikian, Sama'aro berharap BPP dan PPL untuk terus melakukan yang terbaik seperti yang telah dilakukan selama ini.
Sementara itu, salah seorang petani yang dihubungi corongnias.com, Jumat (11/6/2021) mengatakan bahwa pernyataan tersebut tidak benar adanya karena justru selama ini mereka sering mengalami kelangkaan pupuk dan kesulitan mengatasi hama yang melanda padi mereka.
"Begini saja bang, jika memang betul mereka (PPL -red) serius bekerja seperti penyusunan RDKK mengapa kami kesulitan pupuk bersubsidi ketika membutuhkan, kami berharap PPL itu tidak hanya ambil dokumentasi ketika ke lapangan tanpa solusi, ini kami baru mendapatkan informasi bahwa kami rapat minggu depan terkait kelompok tani," ucapnya dengan nada kesal. (C-001)
