GUNUNGSITOLI – Kelangkaan gas LPG 3 kilogram di Kepulauan Nias memicu aksi damai ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Cipayung Gunungsitoli dan sejumlah organisasi kemahasiswaan. Mereka menilai krisis energi bersubsidi itu sudah terlalu lama dibiarkan pemerintah hingga menambah beban hidup masyarakat kecil.
Aksi dimulai dengan long march dari Alun-Alun Kota Gunungsitoli menuju Kantor PT Pertamina Patra Niaga di Jalan Binaka KM 14, Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, Jumat (3/10/2025). Dalam orasinya, mahasiswa menuntut Pertamina segera menormalkan distribusi serta memastikan LPG subsidi tersedia merata di seluruh wilayah Kepulauan Nias.
Pihak Pertamina yang diwakili oleh Manajer PT Pertamina Patra Niaga, Farisman, menyatakan kesediaan untuk bertanggung jawab atas kelangkaan yang terjadi. Ia berjanji melakukan penataan ulang distribusi, menindak agen maupun pangkalan yang bermain harga, serta memenuhi kuota subsidi. Komitmen ini diapresiasi pimpinan aksi, Eijen Gulo, sebagai langkah konkret memperbaiki persoalan energi di Nias.
Namun, semangat dialogis tersebut sirna ketika massa melanjutkan aksi ke Kantor Wali Kota Gunungsitoli. Mahasiswa kecewa karena Wali Kota tidak hadir menyambut mereka. Menurut Eijen Gulo, ketidakhadiran kepala daerah mencerminkan sikap tidak peduli terhadap penderitaan rakyat dan jauh dari semangat demokrasi yang partisipatif.
Situasi kian memanas saat massa bertahan di depan Kantor Wali Kota. Sejumlah peserta aksi mengaku mengalami tindakan represif dari oknum aparat kepolisian yang bertugas. Dugaan pemukulan itu langsung menuai kecaman karena dianggap melanggar hak asasi manusia dan merusak wajah demokrasi di daerah.
Aliansi Cipayung Plus Gunungsitoli-Nias menegaskan komitmennya mengawal isu-isu kerakyatan, termasuk krisis LPG 3 kg. Mereka mengutuk keras tindakan represif aparat, mengecam sikap pemerintah daerah yang tidak merespons tuntutan rakyat, serta berjanji akan kembali turun ke jalan bila masalah tersebut tak kunjung diselesaikan. (C-003)